Selasa, 14 Februari 2012

:: Iblis dan tradisi pertempuran || waiman cakrabuana


“pertempuran antara haq dan bathil adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak terbantahkan. bahkan menjadi tradisi yang tidak bisa dihapuskan dalam realitas kehidupan manusia dimasa yang akan datang”

iblis membangkang kepada kehendak Allah SWT sejak pertama Allah swt memproklamirkan kekhalifahan yang diamanahkan (dimandatkan) kepada Adam AS [2:30], Iblis serta merta , dengan kesombongannya [2:34], menyatakan pembangkangan. iblis tidak mau ‘sujud’ kepada Adam AS [7:11].

Pembangkangan kepada kekhalifahan ini pada hakikatnya adalah ‘pemberontakan’ kepada otoritas mutlaq Allah SWT, oleh karena itu Allah SWT langsung memvonis Iblis sebagai “kafir” [2:34], tidak cukup sampai situ; allah kemudian mengutuk dan melaknat iblis, dan mengusirnya dari jannah [15:34-35].

Murka Allah SWT terhadap iblis karena ketidak setujuan iblis terhadap kekhalifahan. keluar vonis dari Allah SWT kepada Iblis sebagai : “kafir pembangkang” dan “terkutuk” serta “terlaknat”. Inilah latar belakang permusuhan iblis terhadap “manusia”, tegasnya manusia yang menjalankan fungsi kekhalifahannya.

Iblis kemudian menabuh genderang perang terhadap kekhalifahan hingga hari akhir. hal ini dapat kita lihat dari permintaan iblis kepada Allah SWT agar diberi waktu hidup hingga hari akhir [15:36]. Allah SWT, kemudian mengabulkan permohonan iblis [15:37-38].

Untuk apa iblis rela hidup hingga hari akhir?... tentu untuk menghalangi dan merintangi manusia agar menyimpang [15:39-40] dari fungsinya yaitu menjalankan, menegakan dan membela kekhalifahan.

Iblis menebar ancaman bahwa dengan segala cara ia akan merintangi tegaknya khilafah; dari kiri, kanan, depan, belakang [7:17]. Bahkan Iblis akan merekrut manusia yang mau mengikuti ‘khithahnya’ (platformnya), dan akan menjadikannya sebagai pasukan perangnya, hingga pada waktunya akan dikerahkan secara sistemik dan totalitas untuk memerangi manusia penegak dan pembela khilafah [17:64-65]

Genderang perang terhadap kekhalifahan yang di ikrarkan iblis, untuk kemudian disambut dengan haru biru oleh para pengikutnya yaitu kaum kafirin [2:217]. Sehingga terjadilah pertempuran / peperangan abadi anatara kubu al-haq dan kubu al-bathil diseluruh penjuru dunia ini [4:76]. Hal ini yang oleh Allah SWT di gambarkan bahwa nanti para keturunan adam (manusia) satu sama lain akan saling bermusuhan [2:36].

Dalam realitasnya, perang ini melahirkan pertempuran hebat yang membuat kalah dan menang mejadi dinamika antara yang haq dan bathil [3:140]. tetapi kekalahan yang diderita kubu yang haq itu ada hikmahnya [3:140-141]:

1. sebagai ujian dan seleksi keimanan
2. peluang syahid
3. pembersih dosa
4. alasan allah untuk menghancurkan kaum kafirin

jadi sebenarnya “perang” ini ditabuh oleh iblis dan disambut pengikutnya yaitu “kaum kafirin”.
»»  SELENGKAPNYA...

:: Al Haq Vs Al Bathil || Waiman cakrabuana

Al-Haq (kebenaran sejati) tentusaja bersumber dari Allah SWT Yang menciptakan segala sesuatu [16:36, 35:3]. Sementara Al-bathil (kebatilan) bersumber dari makhluq (yang diciptakan).


Karena Al-Haq (kebenaran) bersumber dari Allah Al-Khaliq, maka rujukannya (refferensinya) adalah wahyu Allah SWT, yaitu Al-QuR’AN . Firman Allah SWT: “Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (QS. 2:176) . Suatu premise, teori, kesimpulan dan pemahaman yang dirujuk dari Al-qur’an (dan hadis shohieh), maka itu adalah pemahaman yang haq.


Sementara itu, kebatilan (al-bathil), sebagai lawan al-haq, menyandarkan rujukannya kepada Ra’yu (prasangka manusia). Dimana ra’yu ini memiliki beberapa sumber, diantaranya:

1. Hawa nafsu [23:71, 25:43, 38:26]. 


Mislanya: “PERANG” melawan kaum kafirin, menurut wahyu Allah adalah wajib , tetapi hawa nafsu manusia memandang itu sebagai perkara yang “tidak baik” bahkan “tidak benar”, dengan dalih apapun [2:217] . Pandangan tersebut adalah bathil, karena sumbernya hawa nafsu. Padahal yang Haq (benar) adalah “perang” melawan kaum kafir itu wajib, bahkan sangat dicintai Allah [61:4].


Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25:43)

2. Suara terbanyak / opini publik [ 6:116].


Misalnya : hukum wanita menjadi kepala Negara. Menurut wahyu adalah haram (tidak boleh) karena Allah berfirman:  “Kaum laki-laki itu ADALAH PEMIMPIN bagi kaum wanita…[4:34}”. Rasulullah SAW bersabda: Lan yuflihal qaumun wallau amrahum imroatan (“tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan”). 


Tetapi dalam sistem demokrasi, tidak peduli apakah Halal atau haram menurut Allah, yang penting suara terbanyak menginginkan wanita jadi kepala Negara, maka wanita jadi kepala Negara adalah sah. 


Tentu saja pandangan dari system demokrasi adalah Bathil, karena menentukan benar-salah serta baik-buruknya tidak berdasarkan Qur’an dan hadis yang shahih, tetapi berdasar kesepakatan atau keinginan mayoritas manusia. 


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. 6:116)

3. Dzhan (persangkaan) [10:36]


Misalnya pandangan kaum PLURALISME, yang memandang bahwa semua agama adalah sama, karena berdasarkan prasangkanya: semua agama juga menuju Tuhan dan mengajarkan kebaikan. Atau pandangan mereka bahwa laki-laki dan wanita itu sama-sama makhluq Tuhan, karena itu jika laki-laki boleh polygamy maka wanita boleh polyandry. Atau pandangan mereka bahwa baik laki maupun wanita bebas menikah (berhubungan badan) baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sejenisnya.


Pandangan kaum PLURALISME ini adalah bathil, karena memreka menentukan benar-salah dan baik buruknya hanya berdasarkan prasangka pikiran mereka semata. Bukan bersumber dari wahyu Allah.


Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. 10:36)

4. Adat istiadat / Tradisi nenek moyang [5:104]


Misalnya pandangan yang menganggap wajar atau bahkan benar perilaku perilaku berbau khurafat atau takhayul. Seperti memberi sesajian bagi Nyi Rorokidul. Jelas ini adalah pandangan / perilaku yang batil, karena sandarannya bukan wahyu tetapi tradisi.


Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. Mereka menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (QS. 5:104)
»»  SELENGKAPNYA...

Sabtu, 11 Februari 2012

:: Dua Kubu Pertentangan || waiman cakrabuana

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):  
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", 
maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah 
dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi 
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). 
(QS An-Nakhl 16/36)

<< 1 >>

Dan sungguhnya Kami 
telah mengutus rasul  pada tiap-tiap umat 
 
Dengan keadilan Allah SWT maka kepada setiap ummat , Allah telah mengutus seorang utusan (Rasul) "Walikulli Ummatin Rasuulan" (QS 10/47). Diutusnya Rasul kepada tiap tiap ummat s agar kelak diakhirat tidak ada seorangpun yang berkata (beralibi) bahwa belum datang kepada kami pembawa peringatan seorangpun (QS 6/130). Firman Allah: "(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS 4/165).

Rasul yang diutus oleh Allah kepada tiap tiap ummat adalah "minhum" /dari kalangan mereka sendiri  (QS 23/32). Dari kalangan mereka sendiri berarti dari jenis yang sama yaitu manusia biasa (QS 18/110) dan dari bangsanya sendiri, seperti kepada bangsa Tsamud diutus Shaleh yang merupakan saudara sebangsa' mereka sendiri (QS 11/61), kepada bangsa Aad diutus Nabi Hud, kepada Bangsa Madyan diutus Nabi Syuaeb, kepada bangsa Kan'an diutus Nabi Ibrahim, kepada Bangsa Quraisy diutus N. Muhammad dll.

Pengutusan Rasul berarti pembangkitan (QS 7/157-158), tepatnya Allah membangkitkan manusia dari suatu bangsa agar memimpin bangsanya menuju kepada kemerdekaan Islam di negrinya sendiri "Litundziro Ummul Qura Waman haulahu" (QS 42/7) untuk kemudian memerdekakan Islam dalam tingkat dunia "Hatta Laa Takuuna Fitnah Wa Yakuna Dinu Lillah" (QS 2/193).

<< 2 >>
 
"Sembahlah Allah (saja), 
dan jauhilah Thaghut itu"
 

Seluruh Rasul, diutus kemuka bumi membawa misi yang sama yaitu misi TAUHID (QS 21/25, 16/36). Dalam beberapa ayat Allah SWT merinci para Rasul dengan keterangan sebagai pembawa misi Tauhidy: Nabi Nuh (QS 7/59), Nabi  Hud (QS 11/50),  Nabi Shalih (QS 11/61),  Nabi Ibrahim (QS 2/133), Nabi Ismail (QS 2/133), Nabi Ishaq (QS 2/133) , Nabi Musa (QS 11/84) juga Nabi Isa (QS 5/72).

Semuanya membawa misi "Ani'budullah Wajtanibuth Thaguth" / "Sembahlah Allah dan Jauhi Thaguth"  (QS 16/36). Artinya seluruh Rasul menyeru (berdakwah) ditengah bangsanya agar mengimani Allah dan menjauhi thaguth (QS 2/256-257). 

Seperti Nabi Musa Alaihissalam yang oleh Allah SWT diperintah agar menghadapi Fir'aun (Raja Mesir), yang oleh Allah SWT dipersonifikasi sebagai Thaguth (QS 20/24) pada masa itu. Tentu pada masa Nabi Ibrahim Thaguthnya adalah Raja Namrudz, pada masa Ashabul kahfi Thaguth-nya adalah Raja Dikyanus, Pada Masa Thauth adalah Raja Jalut, Pada masa Nabi Muhammad Thaguthya adalah Pemerintahan Hijaz Pimpinan Abu Lahab, Pada masa kini????. 
 
Yang jelas Thaguth adalah kekuasaan atau pemerintahan yang menata sistemnya dengan tatanan hukum Jahiliyyah (QS 5/50), karena Thaguth adalah pembuat dan penetap aturan / hukum diluar hukum Allah SWT (QS 4/60).

Disini nampak pula bahwa Thaguth (Pemerintahan Jahiliyyah) adalah sistem kekuasaan tiranik yang dzalim dan menentang keras berlakunya syari'at Islam juga menghalang-halangi manusia untuk melakukan peribadatan yang murni kepada Allah SWT.  Oleh karena itu para Rasul adalah para pemimpin revolusioner yang juga ditugaskan oleh Allah untuk mendzahirkan Dinul Islam dan menghancurkan Din Bathil (QS 48/28).

Dimana menegakan Din Islam itu dalam wujud kongkritnya adalah menegakan KHILAFAH ISLAM (Pemerintahan Islam), karena dengan tegaknya khilafah, Allah menjamin 3 hal (QS 24/55):
1~ Din Islam Tegak (tegaknya kekuasaan Islam)
2~ Rasa Takut berubah menjadi aman (lahirnya wilayah teritorial yang aman untuk menegakan syari'at   Islam)
3~ Masyarakat bebas mengabdi kepada Allah Tanpa dipaksa musyrik


<< 3 >>
 
maka di antara umat itu 
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah 
dan ada pula di antaranya 
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
 
 
Nampak disini adanya polarisasi masyarakat kepada dua lutub yang saling bertentangan: 
{1} ada yang mengikuti Rasul (mendapat HIDAYAH), 
{2} ada juga yang mengikuti thaguth (berada dalam DOLALAH).

Kubu Rasul adalah kubu yang haq yang BERIMAN, BERHIJRAH dan BERJIHAD (8/74), berjuang menegakan dan mendzahirkan Din Islam (Kekuasaan Islam) (QS 42/13), hingga dimuka bumi ini hanya Din Islam yang dominan dan super power dunia (QS 2/193)

Sementara kubu Thaguth adalah menegakan dan mendzahirkan Din Fasad / Rusak (QS 5/64, 8/73, 30/41), serta membuat berbagai siasat untuk membunuh, memenjarakan dan mengasingkan Islam dan para pejuang penegak syari'at Islam (QS 8/30).

Rupanya dua kubu kekuatan ini adalah sunnatullah, sebuah kemestian yang selalu terjadi dimuka bumi ini. Ketika Nabi Adam Alaihissalam akan turun kemuka bumi Allah berfirman: "...Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, ...". (QS 2/36). Inilah ketetapan Ilahy yang sudah digariskan semenjak Awal yaitu akan terjadinya permusuhan dua kubu tersebut.

<<4>>

Maka berjalanlah kamu dimuka bumi 

dan perhatikanlah bagaimana kesudahan 

orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). 
 

Berjalanlah kamu dimuka bumi!!!, agar kamu melihat dengan penglihatan ilmumu kebenaran sunnatullah pertentangan dua kubu ini, sebagai pertentangan abadi. Nabi Adam AS langsung berseteru dengan Iblis, Nabi Nuh dengan Kerajaan pada masa itu, Ibrahim dengan Namrudz dan lain-lain, hingga kini Al-Haq (Kebenaran) dan para pendukungnya selalu berseteru dengan Al-Bathil (Kebatilan) dan pendukungnya juga.]

Inilah sunnatullah, inilah hukum sejarah tidak ada dan tidak akan bisa seorang manusiapun menentang hukum sejarah. 

Senantiasa ada musuh yang abadi memusuhi ummat islam, maka ketahuilah musuhmu dan jadikan mereka sebagai musuh.

»»  SELENGKAPNYA...

Jumat, 10 Februari 2012

:: Dakwah dan Jihad Fisabilillah || waiman cakrabuana

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat: 15)

Secara syari’e dapat kita pahami bahwa Jihad itu berarti perang melawan musuh (kafir), dengan tujuan untuk menegakan Din (peraturan / kekuasaan) Islam dimuka bumi ini [48:28, 24:55]. Jihad dengan tujuan untuk menegakan Dinul islam berimplikasi kuat kepada penghancuran Institusi kekuasaan thaguth [20:24].

Apabila kita lihat didalam Al-qur’an, ayat-ayat Jihad ini turun didua kurun perjuangan Rasul, yaitu ayat Makkiyyah dan ayat Madaniyyah. Sebagian besar (hampir semua), ayat-ayat jihad ini turun pasca hijrah ke Yatsrib (Madinah), yang berarti ayat Madaniyyah. Dan makna jihad yang turun di madinah ini adalah “QITAL” (perang fisik).

Tetapi ada beberapa ayat Jihad yang turun di Makkah dan maknanya adalah Dakwah. Seperti yang tertera didalam QS 25:52: “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar”

JIHAD BIMAKNA DAKWAH

“…. Dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar” (25:52). Jelaslah di ayat ini bahwa Allah memerintahkan kita untuk memerangi orang kafir dengan Al-Qur’an. Tentu saja maknanya, Al-Qur’an dijadikan sebagai Hujjah (argumentasi) untuk memerangi orang kafir.

Jadi, Jihad itu ada dua yaitu Jihad BIMAKNA QITAL (perang fisik) dan jihad BIMAKNA DAKWAH (perang idiologis). Yang pertama adalah bertempurnya dua pasukan tentara dengan senjata pedang atau panah, sementara jenis kedua adalah bertempurnya dua pasukan dengan senjata argumentasi dan sasarannya bukan fisik tetapi jiwa dengan keyakinannya.

Kedua makna jihad ini juga diisyaratkan oleh Rasul dengan sabdanya: innal mumina yujahidu bisaifihi wa lisanihi (sesungguhnya mukmin itu senantiasa berjihad dengan pedang dan lisannya) - HR Ahmad, Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir).

Yang harus diperhatikan adalah bahwa: JIHAD itu adalah “PERANG” melawan kafir untuk menegakan Din Islam (peraturan dan kekuasaan Islam) sekaligus menruntuhkan Din Jahiliyyah (peraturan dan kekuasaan Jahiliyyah).

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah saja. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zhalim” [2: 193]

Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th. 310 H) rahimahullahu berkata: “Perangilah mereka sehingga tidak terjadi lagi kesyirikan kepada Allah, tidak ada penyembahan kepada berhala, kemusyrikan dan ilah-ilah lain, sehingga ibadah dan ketaatan hanya kepada Allah saja tidak kepada yang lain.” [Tafsiiruth Thabari (II/200)]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah…” [Bukhari dan Muslim]

Syaikh as-Sa’di rahimahullahu berkata: “Maksud dan tujuan dari perang di jalan Allah bukanlah sekedar menumpahkan darah orang kafir dan mengambil harta mereka, akan tetapi tujuannya agar agama Islam ini tegak karena Allah di atas seluruh agama dan menghilangkan (mengenyahkan) semua bentuk kemusyrikan yang menghalangi tegaknya agama ini, dan itu yang dimaksud dengan ‘fitnah’ (syirik). Apabila fitnah (kemusyrikan) itu sudah hilang, tercapailah maksud tersebut, maka tidak ada lagi pembunuhan dan perang.” [Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan (hal. 89)]

Karena Jihad ini adalah “PERANG” melawan kafir untuk menegakan Islam, maka makna JIHAD BIMAKNA DAKWAH dapat diartikan sebagai PERANG DALAM TAHAP AWAL. Perang dalam tahap wal adalah “I'DAD” (persiapan Jihad bimakna Qital).

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Alloh, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al Anfaal : 60)

Bagaimana maksud Jihad bimakna Dakwah sebagai persiapan Jihad Bimakna Qital?

1. Dakwah dengan tujuan menegakan din Islam dan menghancurkan Din jahiliyyah [42:13-14, 48:28]

2. Dakwah dengan tujuan menyadarkan masyarakat agar mengimani ALLAH dan Mengkufuri THAGUTH [16:36, 21:25]

3. Dakwah dalam rangka menyeru masyarakat untuk menjadi penolong tegaknya Din Islam [61:6]

4. Dakwah dalam rangka menyusun shaf (barisan) yang kokoh kuat dalam menegakan Din Islam [60:4], Dakwah untuk membangun ‘masyarakat Islam” yang bersikap keras kepada kafir dan tolerans sesame mukmin [48:29]
»»  SELENGKAPNYA...

Kamis, 09 Februari 2012

:: JAHILIYYAH || waiman cakrabuana

JAHILIYYAH bukan suatu masa kegelapan dimasa lalu. Tetapi suatu masa kegelapan dimana saja selama sistem sosial manusia tidak didasarkan kepada CAHAYA ALLAH“Jahiliyyah” , bukan hanya milik kaum pada masa Nabi Muhammad saja, tetapi Jahiliyyah ini adalah istilah bagi suatu kondisi yang jauh dari “cahaya” Allah, kapanpun dan dimanapun. Menurut Ibnu Taimiyah seperti yg dikutip oleh Muhammad Qutb jahl itu bermakna “Tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu.” Karena itu orang yg tidak memiliki pengetahuan tentang yg haq adl jahil apalagi kalau tidak mengikuti yg haq itu. Atau tahu yg haq tapi perilakunya bertentangan dgn yg haq meskipun dia sadar atau paham bahwa apa yg dilakukannya memang bertentangan dgn yg haq itu sendiri.

Ada 4 karakter kejahiliyyahan:

YANG PERTAMA:
DZHANNAL JAHILIYYAH (PRASANGKA JAHILIYYAH) 3:154

Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhdadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata:" Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini? "Katakanlah:" Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah ". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata:" Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini ". Katakanlah:" Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh ". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
QS. Ali Imran (3) : 154

(penjelasan QS 3:154)
Kekalahan dalam perang Uhud menjadi sarana dan kesempatan emas bagi Munafiqin (infiltran dan oportunis) dalam tubuh ummat Islam untuk menebar propaganda sesatnya. Mereka menuduh (dzhan) yang jelek kepada Allah (Dzhan Suu); bahwa perang yang dipimpin Allah dan RasulNya (hasilnya) kalah… jangan-jangan ekonomi juga, jika berdasar kepada Allah dan Rasulnya tidak akan mencapai kemakmuran… begitu pula dalam politik, social, budaya, pendidikan, kesenian, hankam dan lain-lain.

Mereka berprasangka bahwa Allah tidak sanggup mengurus kehidupan manusia (POLEKSOSBUDMILKAM). Oleh karena itu mereka berkata kepada Rasul: “adakah sebagian urusan yang bisa kami urus sendiri” (Hal Lanaa minal Amri Min Syai’in?). Disinilah propaganda sekuler digencarkan kaum oportunis.

Mereka ingin berbagi dengan Allah. Allah mengurus sebagian urusan hidupnya (ritual) sementara mereka (manusia) juga diberikan hak mengatur sebagian kehidupannya (poleksosbudmilkam).

Propaganda mereka dijawab paten oleh Allah: “Katakanlah (Muhammad) kepada mereka: Seluruh Urusan itu semuanya hak allah mengaturnya” (Qul Innal Amra Kullahu Lillah).

Keinginan untuk memisahkan sebagian kehidupan manusia dari pimpinan Allah dan Rasulnya (sekulerisme) inilah yang oleh Allah kemudian disebut dengan istilah: “Dzhannal Jahiliyyah” (prasangka Jahiliyyah).
-----
Negri manapun dan kapanpun yang menerapkan idiologi sekulerisme ini adalah negeri yang “jahiliyyah”

YANG KEDUA:
HUKUM JAHILIYYAH [5:50]
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?
QS. al-Mai'dah (5) : 50

Sudah bisa dipastikan jika idiologi suatu negeri, adalah idiologi hasil perasan pikiran manusia seperti sekulerisme, maka akan menerapkan hukum (tata aturan) produk pikiran manusia dan menyingkirkan hukum yang bersumber dari wahyu [10:35-36].

Padahal Allah SWT menyatakan bahwa “barangsiapa yang menetapkan hokum tidak berdasar kepada hokum Allah, maka dia itu Kafir, dzalim dan fasiq” [5:44-45-47]. Kenapa?. Karena menetapkan hokum itu hanyalah hak Allah SWT [6:57, 12:40].

Itulah hokum Jahiliyyah.
----
Negri manapun dan kapanpun yang menerapkan hukum yang tidak bersumber dari wahyu, adalah negeri yang “jahiliyyah”

YANG KETIGA:
TABARUJ JAHILIYYAH [5:50]

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu ...,
(QS. aL-aHZAB 33:33)

Tabaruj Jahiliyyah adalah kejahiliyyahan dalam aspek budaya (Budaya Jahiliyyah). Seperti para Istri Rasul (dalam QS 33;33) diatas dilarang mengikuti tradisi Jahiliyyah dalam bersolek. Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dari Nabi saw.bersabda, "Kalian akan mengikuti adat tradisi ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga sekiranya mereka masuk dalam lubang biawak, [1] niscaya kalian akan mengikutinya juga." Para Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?" Rasulullah menjawab, "Kalau bukan mereka, siapa lagi?"(Bukhari [3456] dan Muslim [2669])

Tradisi Jahiliyyah adalah tradisi bangsa yang berporos pada "ABAANAA" , menerima apa yang sudah ditetapkan oleh "The Founding Father", walaupun apa yang sudah mereka tetapjkan itu tidak berdasar Ilmu dan petunjuk Allah SWT. Firman Allah : "Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. Mereka menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?"(QS. 5:104)

itulah budaya jahiliyyah
--------------------------
suatu negri yang tetap mempertahankan ide dasar negrinya berdasar apa yang telah ditetapkan oleh para "the Founding Father", walaupun ide dasar tersebut tidak berdasar ilmu Allah adalah negri yang kjahiliyyah.

YANG KEEMPAT :
HAMIYYAH JAHILIYYAH [5:50]
semanagat nasionalismeKetika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mumin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 48:26)

Ayat ini turun berkenaan dengan perjanjian hudaibiyyah. Pada sa’at perjanjian Hudaibiyah, kaum Musyrikien tidak mau menerima tulisan Bismillah dan Muhammad Rasulullah dalam teks perjanjian itu. Mereka bersikeras bahwa bila mereka menerima tulisan itu tentu saja mereka tidak akan memerangi Rasul dan pengikutnya sebab tulisan tersebut merupa-kan pengakuan risalah Muhammad. Mereka bersikeras membela simbol simbol jahiliyyah demi keangkuhannya. Semangat Membela Lambang, simbol dan nilai nilai jahiliyyah inilah disebut HAMMIYYAH JAHILIYYAH atau Semanagt Nasionalisme.
»»  SELENGKAPNYA...

Rabu, 08 Februari 2012

:: Pesan Kemerdekaan Anbiya || waiman cakrabuana

Kalam Allah:  "Dan[ingatlah], ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlahni'mat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dandijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yangbelum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yanglain". (QS 5/20)
Musa AS sebagai Nabi Revolusioner memperingatkan Ummat Islam Bani Israil akan tiga hal. Dan tiga hal ini  merupakan keharusan sejarah, tepatnya sejarah untuk meraih kemerdekaan ummat islam dan meraih mardhatillah.
1.HADIRNYA PARA NABI
2.TERAIHNYA KEMERDEKAAN
3.SEMPURNANYA NIKMAT ALLAH

HADIRNYA PARA NABI

Nabi Musa AS mengingatkan Ummatnya akan pentingnya kehadiran para Nabi. Karena paraNabi adalah "pembawa berita besar" (naba'un adzhiem), yaitu berita besar revolusi Islam. Berita besar revolusi Islam itu adalah kabar paling menggegerkan para elit politik di suatu negri.
Seperti proklamasi risalah Nabi Muhammad SAW di bukit shofa (tahun ke-3 Nubuwwah) (QS 7/158), berita besar itu langsung mendapat reaksi  negative dari penguasa NEGARA HIJAZ dengan mengeluarkan pernyataan resmi "TABBA LAKA YA MUHAMMAD" (Celaka engkau wahai Muhammad!). 
Pernyatan itu dikeluarkan langsung oleh pemimpin tertinggi Negara Hijaz yaitu AbuLahab (QS Al-lahab). Sebuah pernyataan resmi Negara Hijaz yang menyatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya adalah Musuh Negara, bahwa gerakan Muhammad adalah inkonstitusional, ilegal dan makar.

Seperti juga, reaksi Rezim Fir'aun terhadap Musa AS yang kemudian mengeluarkan pernyataan resmi kenegaraan, dekrit Presiden: "DARUUNI AQTUL MUSA" (Biarkan aku bunuh Musa) (QS 40/26). 
 
Dekrit Itu muncul,  karena ketakutan Fir'aun oleh gerakan perubahan Nabi Musa yang langsung melakukan perubahan pada Sistem Hidupnya (Din).  INI semua dimulai dari Proklamasi N Musa dihadapan kaumnya , yaitu proklamasi "DZAHIRNYA AL-MULKU" (berdirinya kerajaan), yakni kerajaan yang dipimpin Musa AS (QS 40/29)

Setelah"BERITA BESAR" itu dikumandangkan, maka para NAbi itu kemudian "MENGOBARKAN SEMANGATBERPERANG" kepada ummat (QS 8/65). Yaitu Perang untuk menegakan DIN  ALLAH (QS 2/193), perang melawan kekuatan Penjajah ummat manusia (QS 20/24). Jadilah para Nabi sebagai tokoh revolusioner yang akan membebaskan manusia dari segala rantai penjajahan yang membelenggu (QS 7/157).
Ummat Islam pasti akan mencapai kemerdekaannya jika mau memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (AlQur'an) (QS 7/157)

Tentu saja Nabi pada Zamannya kini adalah "WAROTSATUL  ANBIYA"  (pewaris jiwa Anbiya) yaitu ulama. Ulama adalah manusia yang TAKUT KEPADA ALLAH (QS Fathir: 29). Ulama yang hanya takut kepada Allah SWT dan tidak takut kepada manusia.
Ulama pewaris anbiya adalah pembawa berita besar revolusioner dan pengobar semangat ummat untuk bangkit dan berjuang. Seperti Thalut yang mewarisi semangat revolusioner Nabi Syamil, untuk melawan PENJAJAH ZALUTH (QS 2/243).
Adanya 'Nabi zamannya' sebagai penggelora semangat REVOLUSIONER dan adanya ummat yang setia mengikuti jalan terjal perjuangan menuju kemerdekaan adalah prasyarat mutlak teraihnya kemerdekaan (QS 7/157)

TERAIHNYA KEMERDEKAAN
Nabi Musa As mengingatkan Ummat Islam Bani Israel bahwa, KEMERDEKAAN itu bukan hanya terusirnya anasir anasir asing dari suatu negri, tetapi KEMERDEKAAN juga adalah Ummat ISLAM memiliki MULKU "Kerajaan / negri" yang berdaulat kedalam dan keluar.

Dalam QS 24/55 diistilahkan dengan "LAYASTAKHLIFANNAHUM fil ardhi" (pasti mereka berdaulat penuh DI SUATU NEGRI).

NABI MUSA bukan hanya hendak membebaskan Bani Israel dari penjajahan Fir'aun. Tetapi terbebasnya Bani Israel dari penjajahan Fir'aun akan dijadikan JEMBATAN EMAS menuju KEMERDEKAAN UMMAT ISLAM, yaitu ummat Islam merdeka berdaulat mengatur negrinya sendiri berdasar (I'tishom) kepada KITAB ALLAH  (QS 3/103).


SEMPURNANYA NIKMAT ALLAH
NABIMUSA AS juga mengingatkan bahwa kesempurnaan Nikmat Allah SWT hanya akan dapat dinikmati jika Ummat Islam Sudah berkuasa (MERDEKA).

Nikmatpasca kemerdekaan itu adalah:
  1. Din (hukum) Islam Tegak , 
  2. Ummat IslamBebas beribadah atau mengaktualisasikan keislamannya tanpa ada yang menghalangi 
  3. Dirubahnya rasa takut menjadi aman sentausa, atau lahirlah suatu kondisi "gemahripah repeh rapih, tata tengtrem kerta raharja", suatu kondisi masyarakat yangadil dan makmur dan diridhai Allah (QS 24/55)
»»  SELENGKAPNYA...

Rabu, 01 Februari 2012

:: Kerahkan Segenap Kekuatan || waiman cakrabuana

Diantara unsur (karakteristik) Jihad yang empat; satu diantaranya adalah MENGERAHKAN SEGENAP KEKUATAN. Bukan jihad namanya jika tidak ada upaya mengerahkan segenap kekuatan, baik sebagai MUJAHID DAKWAH (DA’I) maupun MUJAID QITAL (MUQATIL).: Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Anfal (8) ayat 73)

Memang, kerja keras; mengerahkan segenap kekuatan sudah menjadi karakter khas jihad, tak bisa dipisahkan.

Kekuatan apa saja yang wajib kita kerahkan?

Secara umum berdasar ayat-ayat Allah SWT ada dua hal: satu; Anfus (jiwa), dua; Amwal (harta).

Anfus artinya adalah jiwa raga termasuk didalamnya tenaga, pikiran, kemampuan lisan dan lain sebagainya. Amwal artinya harta benda atau kekayaan yang dimiliki jiwa termasuk waktu, kekayaan, tanah, dan lain sebagainya.

Mujahid –baik mujahid Qital maupun Mujahid Da’wah- , dipersyaratkan memiliki kekuatan baik amwal maupun anfus, sehingga cukup dan cakap dalam menjalankan tugas jihadinya.

Mengerahkan segenap kekuatan baik amwal maupun anfus dalam jihad fi sabilillah artinya adalah berkurban, mengorbankan jiwa raga dan harta bendanya di jalan Allah, karena mengharap ridha Allah SWT.

Mujahid adalah mukmin yang telah berjual beli dengan Allah SWT. Allah SWT sebagai pembeli sementara mukmin adalah penjual. Yang dijual oleh mukmin adalah amal dan anfusnya dan Allah SWT akan menukarnya dengan Jannah (surga).

Jual beli diawali oleh ikrar (ijab qabul), yang kemudian setelah diikrarkan maka barang mukmin yang berupa Amwal (harta benda) dan Anfus (jiwa raganya) menjadi milik Allah SWT. Sementara mukmin mujahid terhadap harta benda dan jiwa raganya hanyalah pihak yang mendapat amanah mengelola harta benda dan jiwa raganya untuk di korbankan fisabilillah. Pasti … jika harta benda dan jiwa raga mukmin mujahid dikorbankan untuk fi sabilillah, Allah SWT akan memasukannya kedalam surga. Firman Allah: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” (QS At-taubah (9) ayat 111)

Tidak ada alasan dan jalan bagi mukmin untuk tidak berjual beli dengan Allah … tidak ada celah untuk menghindari diri dari jihad … tak ada ruang untuk mengelak dari mengorbankan harta bendanya serta jiwa raganya dijalan Allah.
Kita pasti memahami bahwa pengorbanan mukmin mujahid dijalan Allah SWT pada hakikatnya adalah qurban dirinya kepada Allah SWT, sehingga sangat dimengerti, jika pengorbanan itu haruslah yang terbaik. Allah SWT hanya menerima pengurbanan yang dilakukan dengan ikhlas dan yang terbaik.

Seperti pengurbanan dua anak Adam AS yaitu Qabil dan Habil. Walaupun kedua anak Nabi Adam AS itu mempersembahkan pengurbanannya, tetapi yang diterima Allah SWT hanyalah pengurbanan Habil, karena Habil mengurbankan hasil ternaknya yang terbaik dan karena taqwanya. Sementara qurban Qabil tidak diterima, karena Qabil mengurbankan hasil taninya yang jelek-jelek. Firman Allah : “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al-Maidah (5) ayat 27)

Apa artinya?

Ini berarti, baik harta benda dan jiwa raga yang hendak dikorbankan fisabilillah haruslah yang terbaik dan dilakukan dengan dorongan taqwa. Firman Allah : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS Ali Imran (3) ayat 92)
»»  SELENGKAPNYA...